
Oleh: Nano Warno
Filsafat Iluminasi Islam tampaknya belum mendapatkan tempat yang semestinya di bumi pertiwi ini. Selain suasana batin sebahagian rakyat yang belum bisa mengapresiasi filsafat, juga sikap antipati dan ambivalen dari sebahagian ulama tradisional terhadap filsafat, mengikut jejak-jejak pemikiran al-Ghazali, Ibn Taymiyah dan lain-lain, yang masih menganak tirikan filsafat Islam.
Filsafat Islam merupakanbagian dari ilmu klasik,atau ilmu hakiki,yang sekarang posisinya sedang ingin digeser oleh hegemoni ilmu-ilmu modern. Bahagian di bawah ini dengan jelas memetakan perbedaan dan signifikansinya Ilmu-ilmu klasik dan ilmu-ilmu modern.


Dari sisi lain para akademisi Islam lebih akrab dengan literatur-literatur Barat dibandingkan literatur Islam. Khazanah kepustakaan Barat dianggap menyediakan berbagai jawaban yang relevan dengan isu-isu kontemporer. Barat diyakini telah menyediakan diskursus yang lebih menarik untuk membedah isu-itu politik, ekonomi, sains, psikologi, ideologi dan sebagainya. Filsafat Barat dapat mendekatkan isu filsafat dengan ideologi kontemporer, sains dengan filsafat. Banyak penemuan-penemuan ilmiah danmetodologi yang digunakan lebih banyak mendekatkan manusia modern dengan fakta-fakta baru. Sementara filsafat Islam seperti membeku dalam zamannya, tidak lagi banyak memberikan inspirasi.
Memang seperti itukah atau memang kita tidak memiliki cara untuk mengapresiasi khazanah-khazanah Klasik Islam? Salah satu legasi filsafat klasik yang belum dieksplorasi lebih mendalam dan lebih jauh adalah filsafat Iluminasi Suhrawardi. Filsafat Iluminasi Suhrawardi masih belum dikaji secara komprehensif dan belum dieksplorasi prinsip-prinsipnya yang koheren lewat kajian-kajian langsung atas kitab-kitab aslinya, terutama kitab terakhirnya dan magnum opus yaitu Hikmat Al-Ishraq,disamping karya-karya sasteranya tentang cerita-cerita mistis dan simbol-simbol tertentu. Tentunya kitab yang terakhir juga harus dibaca setelah penelaahan yang mendalam atas bagian dari tetralogi Filsafatnya, yakni Al-Talwihat, Al-Muqawamat, Al-Mashari’ wa Al-Mutarahat dan Hikmat Al-Ishraq.
Filsafat Iluminasi Suhrawardi berbasiskan realitas cahaya yang bergradasi dari yang paling sempurna yaitu Wajib al-Wujud hingga cahaya-cahaya lain yang lebih rendah. Filsafat Iluminasi Suhrawardi didasari oleh asumsi-asumsi yang berbeda dari aliran filsafat yang lain. Korpus-korpus Filsafat Suhrawardi, yang merupakan seperempat dari seluruh bangunan Iluminasinya, tidak lagi berkutat pada prinsip eksistensi dan esensi tapi melakukan turning point dari cognitive turn to semantic turn dan menjelajah aspek-aspek lain dari logika, fisika, psikologi dan metafisika.
Nano Warno pengajar Filsafat Islam di Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra.