Toleransi Agama dari Perspektif Sufi

Al-Quran menyeru manusia menjunjung perinsip kesatuan yang menganjur tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kemudian, menghormati dan menyelami keimanan setiap umat beragama yang memiliki keyakinan dan ciri khasnya masing-masing. Tujuan toleransi agama bukanlah membawa kepada kefahaman menyamakan semua agama sama, sebaliknya mengangkat budaya berdialog dan membangun masyarakat yang saling memperjuangkan hak-hak kemanusiaan diri dan orang lain. 

Toleransi agama dalam tradisi Islam kukuh dan menjadi nilai yang disanjung dalam kehidupan para ulama dan para sufi terdahulu. Kita boleh menyemak lembaran sejarah peradaban Islam yang sangat menekankan nilai toleransi sekali gus belajar dari para sarjana Muslim dan kaum sufi seperti Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ibn Rusyd al-Hafid, Syaikh Muhyiddin Ibn ‘Arabi, Husain Manshur al-Hallaj, dan Imam Fakhr al-Din al-Razi. Teks-teks keagamaan yang digarap dengan semangat nalar dan falsafah serta perenungan kontekstual yang harus diutamakan dalam hidup beragama hari ini.

Malangnya, semangat toleransi dan belajar dari para sufi ini semakin pudar dan tidak lagi hidup dalam masyarakat beragama hari ini. Sikap saling bersangka buruk dan semangat intoleransi semakin melonjak dalam semangat beragama moden hari ini.

Memahami pentingnya kefahaman nilai toleransi dalam memupuk kesedaran kemanusiaan dalam wacana agama, maka Tradisi dengan kerjasama Toko buku Pujangga Baru mengatur program syarahan umum ilmiah yang kedua akan disampaikan oleh Dr Kiyai Husein Muhammad sebagai narasumber dalam siri syarahan bulanan pada 18hb Oktober 2022 di atas talian. Program ini diatur khusus untuk menyatukan semangat kebersamaan dan sikap saling rahmah serta memupuk toleransi dalam beragama. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top